Karenanya, ada beberapa tips yang akan dihadirkan dalam menjawab persoalan jodoh yang bagi sebagian orang masih menjadi rahasia Allah. Berikut ini delapan tips yang bisa ditempuh untuk menarik jodoh, antara lain:
1. Mengoreksi diriBelum hadirnya jodoh dalam kehidupan kita, bisa disebabkan oleh masih “belum baiknya” hubungan kita dengan Allah SWT, keluarga, teman, lingkungan atau bahkan (disadari atau tidak) dengan diri kita sendiri.
Untuk itu kita perlu melakukan muhasabah atau mengoreksi diri, memeriksa kemungkinan ketidakberesan hubungan-hubungan tersebut agar kemudian dapat memperbaikinya.
Ketidakberesan hubungan dengan Allah swt, terutama pada pemahaman dan keyakinan yang keliru bisa jadi menjadi faktor belum hadirnya jodoh pada kita. Terkadang kita masih lebih percaya kepada ramalan dukun/paranormal tentang nasib kita. Atau kita masih menyimpan benda-benda yang kita anggap “keramat” yang kita miliki.
Berbagai macam ungkapan frustasi dikemukakan orang yang belum mendapatkan jodoh, sebenarnya menjadi bukti bahwa hubungan mereka dengan Allah masih belum beres.
Persoalan harta, jabatan, keturunan atau latar pendidikan memang penting, namun itu bukanlah hal yang utama. Yang paling utama ialah kita harus menyandarkan keyakinan diri sepenuhnya pada Allah SWT.
Karena Dialah yang Maha Mengetahui dan Memegang Rahasia kepastian atas kelahiran, rezeki, jodoh dan ajal kita.
Sebagaimana firman Allah swt. “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya AllahMaha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Qs. Luqman: 34).
Selain itu, memeriksa kualitas ibadah terutama shalat, apakah pernah melakukan perbuatan zina juga menjadi faktor yang harus kita koreksi. Orang yang melakukan zina akan mendapatkan pembalasan yang kontan di dunia ini, berupa sulitnya memperoleh rezeki, jodoh dan menjadi gelap aura wajahnya karena pengaruh dosa zina yang diperbuat.
Lebih lanjut lagi, kita harus memeriksa hubungan kita dengan kedua orang tua.
Apakah selama ini kita sudah menjadi anak yang berbakti pada mereka. Berbakti disini bisa berarti kita telah mentaati apa yang diperintahkan (tentu yang sesuai dengan syariat Islam), bersikap santun dan penuh hormat, mendoakan mereka, serta yang teristimewa merawat dan mencukupi kebutuhan orang tua, terutama yang memiliki orang tua yang kondisi fisik dan ekonominya sudah terbatas. Sebagaimana kita ketahui bahwa menyakiti hati orang tua dapat membuat mereka tidak ridha pada kita.
Dan apabila orangtua tidak ridha, maka ridha Allah SWT pun sulit didapatkan. Sebagaimana sabda Nabi dalam sebuah Hadits, “ Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
Hal penting lain yang harus kita periksa adalah hubungan silaturahmi dengan sesama manusia. Apakah selama ini kita pernah membuat kecewa orang lain (saudara, mantan pasangan atau mungkin teman). Atau bahkan mungkin kita pernah dan masih suka menggunjing orang lain. perilaku demikian dapat juga menjadikan kita sulit mendapatkan jodoh.
Hal terakhir ialah memeriksa hubungan dengan diri sendiri. Jika kita ingin bernasib baik (termasuk dalam hal jodoh) kita harus memulainya dengan mulai berperasaan baik dan berpikir baik. Sebelum kita mencintai orang lain, kita harus terlebih dahulu mencintai orang lain, oleh karenanya kita harus menghilangkan sikap minder.
2. Menyegerakan TobatJika setelah kita mengoreksi diri kita menemukan bahwa kita telah melakukan kekeliruan maupun kesalahan (baik pada Allah SWT maupun pada manusia), maka langkah selanjutnya adalah menyegerakan diri untuk bertobat. Tobat artinya kembali kepada jalan Allah SWT. Mengakui dan menyesali segala dosa dan kesalahan diri secara jujur pada Allah SWT. Untuk selanjutnya sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat yang pernah kita lakukan.
Allah memberikan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertobat, sebagaimana firman Allah SWT. : ”Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun”. (Qs. Nuh: 10).
Insya Allah jika kita telah tobat dengan sebenar-benarnya tobat, maka Allah SWT akan membukakan jalan kemudahan bagi kita. Setidaknya dari segi psikologis, hati kita akan merasa plong karena hilangnya perasaan bersalah.
3. Meluruskan NiatIslam mengajarkan hal utama dan pertama dalam melakukan amal apapun (termasuk menarik jodoh) adalah niat. Niat yang lurus berguna untuk mengarahkan pikiran dan tindakan kita sesuai dengan tuntutan yang dikehendaki Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya” (HR. Bukhari). Jadi niatkanlah secara tulus bahwa kita menikah untuk mengikuti sunnah Rasul dan mengharap ridha Allah SWT.
4. Menentukan Pilihan (kriteria).Rasulullah pernah mengajarkan untuk memilih jodoh atas dasar hartanya, keturunannya, kecantikan/ketampanannya dan agamanya. Namun dari keempat itu utamakanlah kualitas agamanya sebagai bekal keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Apa yang menjadi impian pribadi kita (orisinal) tidak ikut-ikutan tetapi juga tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Apa yang diajarkan Rasulullah adalah 4 kriteria ideal yang masih bersifat umum. Untuk kriteria spesifik kita bisa memilih yang sesuai dengan “selera” kita. Misalnya seorang yang memiliki bentuk fisik tertentu (tinggi, berat badan tertentu, warna kulit, dll). Atau seseorang dengan profesi tertentu, hal tersebut sah-sah saja.
Saat kita telah menentukan pilihan jodoh kita, berarti kita telah mengaktifkan energi pikiran kearah target tersebut. Dan fikiran tersebut bersifat menarik seseuatu yang sejenis dengan apa yang ia pancarkan.
Jika kita memancarkan fikiran positif, maka artinya kita sedang menarik hal-hal yang positif untuk datang pada kita. Begitu juga ketika kita memancarkan fikiran negatif, maka kita sedang menarik hal-hal negatif untuk datang pada kita.
5. MeyakiniAgar keyakinan kita dapat terwujud, maka kita harus punya keyakinan bulat bahwa Allah SWT akan mengabulkannya. Ada beberapa cara untuk menghilangkan keraguan pada diri kita, salah satunya adalah dengan cara tobat yang sungguh-sungguh dan memperbanyak istighfar. Selain itu, kita juga harus mampu mengalihkan kecenderungan prasangka negatif menjadi prasangka positif.
6. MensyukuriSyukur adalah suatu ungkapan perasaan sengan (baik lewat lisan di bibir maupun lewat rasa di hati) terhadap pemberian Allah SWT. Ada dua tingkatan syukur, yang pertama syukur tak bersyarat dan syukur yang bersyarat.
Syukur yang utama adalah syukur tak bersyarat, artinya kita dapat mengungkapkan perasaan senang melalui ucapan terima kasih secara lisan, maupun rasa senang di hati terhadap apa pun (baik materi maupun peristiwa) yang sudah, sedang dan akan diberikan Allah pada kita.
Bukankah Allah pernah berjanji untuk selalu menambah nikmat jika kita terus bersyukur, hal ini dijelaskan Allah dalam Firman-Nya: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akan kami menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim: 7).
Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa menjadi hamba yang pandai bersyukur. Bila belum mampu melaksanakan syukur tingkat pertama, maka paling tidak kita melaksanakan syukur yang bersyarat, maksudnya ialah kita baru mengucapkan terima kasih secara lisan maupun rasa senang di hati, ketika kita “menyadari” mendapatkan sesuatu dari Allah SWT (baik materi maupun peristiwa).
7. MengikhlaskanBagi sebagian orang merupakan langkah yang paling sulit. Artinya, kita harus menyerahkan hasil terbaik pada Allah SWT dari semua proses yang kita jalani tadi. Efek positif dari upaya ini adalah munculnya rasa lega dan ringan di hati.
Kita tidak boleh melekat pada tujuan, dalam artian keyakinan bahwa Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik harus lebih diutamakan. Karena sesungguhnya Allah SWT lebih mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk kita.
Janji Allah SWT pada hamba-Nya yang menyempunakan tawakal dan keyakinannya hanya pada Alah SWT, tercantum dalam firman-Nya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Qs. At-Thalaq: 3).
8. Mendoakan
Meskipun diletakkan di bagian akhir, bukan berarti langkah ini tidak penting. Doa merupakan komunikasi langsung kita dengan Allah SWT. Karena doa disebutkan adalah ruhnya ibadah. Janji Allah bahwa doa seorang hamba pasti akan dikabulkan-Nya tercantum dalam firman-Nya yang berbunyi:
- “Dan Tuhanmu berfirman: “berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (Qs. Al Mu’min: 60).
Namun pada hakikatnya doa sejati ada pada kualitas pikiran, ucapan dan tindakan kita sehari-hari. Berperasaan (prasangka) baik, berpikiran baik, berucap baik, bertindak baik maka Insya Allah pasti akan menarik jodoh yang baik juga untuk kita.
Tulisan ini disarikan dari buku CARA MUDAH CEPAT NIKAH karya Ustadz “Cinta” Restu Sugiharto. (“pelayan” Akademi Da’i Spesialis, Pesantren Ustadz Cinta, Ponggalan, Giwangan, Yogyakarta).
No comments:
Post a Comment