Thursday, April 3, 2014

KisahTauhid Cinta dari kisah nabi Ibrahim dan Islamil



Sobat muslim sore ini saya ingin berbagi tentang kisah kekuatan cinta sejati. Tiba-tiba saja saya teringat tentang kisah nabi Ibrahim dan Ismail.  Yuk sama2 belajar kisah cinta mereka.

Nabi Ibrahim as dikenal sebagai nabi aqidah (Bapaknya Tauhid) , karena dalam 
perjalanan spiritualnya Ibrahim mengalami proses yang sangat sangat mendasar dalam proses pencarian kebenaran sejati yaitu melalu proses berpikir . 


Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia”. (Al-Mumtahanah : 4)

Sekian tahun lamanya keluarga Ibrahim menanti sang buah hati. Telah banyak linangan air mata dalam doanya untuk di karuniai seorang putra sebagai penerus perjuangannya. Ketika sang buah hati telah hadir dan merekah dalam hatinya, maka Allah hendak menguji keimanan nabi Ibrahim dengan sang buah hatinya. Allah berfirman dalam al-Qur’an.


“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (QS. Ash-Shaffat: 102)

Siapapun pasti akan merasa berduka ketika buah hatinya sakit dan terluka. Apalagi anak semata wayang yang sekian tahun dinanti kehadirannya diperintahkan untuk disembelih sebagai bukti cinta keimanannya.

Coba sobat muslim bayangkan menjadi seorang Ayah ,  setelah sekian lama menanti akhirnya setelah tua baru dikaruniai seorang anak satu-satunya.  Dalam perjalanannya anak ini tumbuh menjadi anak yang sholeh , rajin, penurut, menyenangkan hati, dan sangat akrab dengan kita.

Pada waktu puncak kecintaanya kepada anak ini Nabi Ibrahim diuji dengan ujian yang amat berat, yaitu antara memilih di antara dua alternatif yang sama-sama amat berat, yaitu antara menjalankan perintah Allah atau mengasihi anaknya. Dua pilihan itu sama-sama sangat berat.

Meski demikian Nabi Ibrahim yakin bahwa mimpi yang dialaminya adalah wahyu dari Allah bukan sekedar halusinasi dan bisikan setan. Akhirnya iapun bertekad melaksanakan perintah Allah tersebut bersama anaknya.

Bisa dibayangkan bagaimana sholeh Islmail
Ayah mana yang rela dan tega menyembelih menyakit anaknya , bahkan naluri mamalia hewanpun tak akan sanggup melakukannya .




Disini Bukti Cinta yang dibalut dalam ketaatan ketakwaan di uji . 

mana yang lebih dicintai Allah ataukah anak, istri, harta, tahta, dunia , dan jabatan .   


Cinta Allah diatas segalanya yang  membuat nabi Ibrahim tegar mementingkan kehendak Allah swt dari pada hawa nafsu dan nalurinya.  inilah esensi Tauhid Cinta
Allah punya kehendak dan manusia pun punya kehendak . sementara kehendak yang mutlak pasti terjadi adalah kehendak Allah sang pencipta.



Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (QS. Ash-Shaffat: 102)


Sebagai orang yang memiliki keimanan yang kokoh, ia tidak akan mengelak apapun yang diperintahkan oleh Allah. Betapa beratnya perintah itu akan dilaksanakan. . 

Kedua Nabi Allah itu Ibrahim dan Islmail bersepakat lebih mencintai Allah daripada memenuhi nafsu, yaitu mencintai anaknya dan apalagi hanya dirinya sendiri. 

Adalah merupakan pelajaran yang amat hebat yang diberikan kepada umat manusia berikutnya. Bahwa betapapun besarnya naluri untuk mencintai anak dan diri sendiri dipotong untuk kepentingan memenuhi perintah Dzat Yang Maha Pencipta.

Kecintaan kepada anak dan dirinya sendiri bagi Ibrahim dan Ismail tidak akan dikalahkan dari keharusan mencintai Tuhannya. Allah harus diletakkan pada posisi tertinggi dan pilihan utama dari semua pilihan lainnya. Itulah pilihan Ibrahim dan anaknya, yaitu Ismail. 

Refrensi :

http://www.imamsuprayogo.com/, diakses 3 April 2014)

( http://mimbarjumat.com/, diakses 3 April 2013 )

No comments:

Post a Comment